Hukum Meninggalkan Solat 5 Waktu
Dalam artikel lalu telah dijelaskan bahawa solat merupakan tiang agama dan merupakan pemisah antara muslim dan kafir. Lalu bagaimanakah hukum meninggalkan solat itu sendiri, apakah membuat seseorang itu kafir?
Perlu diketahui, para ulama telah sepakat (ijma’) bahawa dosa meninggalkan solat lima waktu lebih besar dari dosa-dosa besar lainnya. Ibnu Qayyim Al Jauziyah RA mengatakan:
“Ulama’ bersepakat bahawa meninggalkan solat lima waktu dengan sengaja adalah dosa besar yang paling besar dan dosanya lebih besar dari dosa membunuh, merampas harta orang lain, berzina, mencuri dan minum minuman keras.Orang yang meninggalkannya akan mendapat hukuman dan kemurkaan Allah serta mendapatkan kehinaan di dunia dan akhirat.”
Ada berbagai hukum bagi orang yang meninggalkan solat, kami dapat ringkaskan sebagai berikut:
Hukum Pertama: Meninggalkan solat dengan mengingkari kewajibannya melalui percakapan:
“Kalau mahu solat boleh saja, tidak solat juga tidak apa-apa”
Jika dilakukan atau diucap dengan niat mengingkari hukum wajibnya solat, orang semacam ini dihukumi kafir tanpa ada khilaf di kalangan para ulama.
Hukum Kedua: Meninggalkan solat dengan menganggap remeh atau mudah dan tidak pernah melaksanakannya. Bahkan ketika diajak untuk melaksanakannya, dia enggan. Maka orang yang begini dihukum sebagaimana hadits-hadits Nabi SAW yang menunjukkan kafirnya orang yang meninggalkan solat.
Inilah pendapat Imam Ahmad, Ishaq, majoriti ulama salaf dari shahabat dan tabi’in. Contoh hadith mengenai masalah ini adalah sabda Nabi SAW:
“Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah solat. Barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir.”
Hukum Ketiga: Tidak rutin dalam melaksanakan solat yaitu kadang-kadang solat, kadang-kadang tidak. Maka dia masih dihukumi muslim secara zohir (yang nampak pada dirinya) dan tidak kafir. Inilah pendapat Ishaq Bin Rohuwyah:
“Yaitu hendaklah bersikap lemah lembut terhadap orang begini hingga dia kembali ke jalan yang benar. Wal ‘ibroh bilkhotimah (Hukuman baginya dilihat dari keadaan akhir hidupnya).”
Hukum Keempat: Meninggalkan solat dalam keadaan tidak mengetahui bahawa meninggalkan solat boleh membuatkannya kafir. Maka hukum bagi orang ini adalah sebagaimana orang yang jahil (bodoh). Orang ini tidaklah dikafirkan disebabkan adanya kejahilan pada dirinya yang dinilai sebagai faktor penghalang untuk mendapatkan hukuman.
Hukum Kelima: Mengerjakan solat pada luar waktunya. Dia selalu rutin dalam melaksanakannya, namun sering mengerjakan di luar waktunya. Maka orang semacam ini tidaklah kafir, namun dia berdosa dan perbuatan ini sangat tercela sebagaimana Allah berfirman (yang artinya):
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang solat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari solatnya.”Surah Al Maa’un (107), ayat 4-5
Nasihat Berharga: Jangan Tinggalkan Solatmu!
Amirul Mukminin, Umar Bin Al Khoththob RA pernah berkata:
“Sesungguhnya di antara perkara terpenting bagi kalian adalah solat. Barangsiapa menjaga solat, berarti dia telah menjaga agama.Barangsiapa yang menyia-nyiakannya, maka untuk amalan lainnya akan lebih disia-siakan lagi. Tidak ada bagian dalam Islam, bagi orang yang meninggalkan shalat.”
Imam Ahmad RA juga mengatakan perkataan yang sama:
“Setiap orang yang meremehkan perkara solat, berarti telah meremehkan agama. Seseorang memiliki bagian dalam Islam sebanding dengan penjagaannya terhadap solat lima waktu.Seseorang yang dikatakan semangat dalam Islam adalah orang yang betul-betul memperhatikan solat lima waktu.Kenalilah dirimu, wahai hamba Allah. Waspadalah! Janganlah engkau menemui Allah, sedangkan engkau tidak memiliki bagian dalam Islam. Kadar Islam dalam hatimu, sesuai dengan kadar solat dalam hatimu.”
Ibnul Qoyyim pernah berkata:
Sumber : tazkirah.net“Iman adalah dengan membenarkan (tashdiq). Namun bukan hanya sekedar membenarkan (meyakini) saja, tanpa melaksanakannya (inqiyad).Kalau iman hanyalah membenarkan (tashdiq) saja, tentu iblis, Fir’aun dan kaumnya dan orang Yahudi yang membenarkan bahawa Muhammad adalah utusan Allah (mereka meyakini hal ini sebagaimana mereka mengenali anak-anak mereka), tentu mereka semua akan disebut orang yang beriman”Mu’min Mushoddiq.
via Bin Usrah